Sitokini
Alami
Sitokinin merupakan senyawa dengan
struktur yang menyerupai adenine (derivate adenine) yang mengawali (memacu)
pembelahan sel dan memiliki fungsi yang mirip dengan kinetin. Kinetin merupakan
sitokinin yang pertama kali ditemukan. Kinetin disebut juga sebagai sitokinin
karena senyawa ini juga mampu memacu sitokinesis (pembelahan sel). Namun
merupakan senyawa alami, kinetin ini tidak disintesis alami oleh tumbuhan oleh
karena itu biasanya selalu mengandung sitokinin sintesis (diartikan bahwa hormon
ini disintesisnya di tempat lain). Yang paling sering ditemukan pada tanaman
dewasa ini dinamakan dengan zeatin yang diisolasi dari tanaman jagung (Arteca,
1996; Mauseth, 1991; Raven, 1992; Salisbury and Ross, 1992 dalam Author, tanpa
tahun).
Sitokinin telah ditemukan pada
sebagian besar tumbuhan tingkat tinggi, sebagaimana yang ditemukan pada jamur,
fungi, bakteri, dan juga pada RNA berbagai prokariot dan eukariot. Saat ini lebih dari 200
sitokinin alami dan sitokinin sintetik telah dikombinasikan. Konsentrasi
sitokinin lebih tinggi pada daerah meristrematik dan dearah-daerah yang
memiliki potensial pertumbuhan terus menerus seperti akar, daun muda, buah yang
berkembang, dan biji (Arteca, 1996; Mauseth, 1991; Raven, 1992; Salisbury and
Ross, 1992 dalam Author, Tanpa tahun).
Struktur dasar
dari sitokinin (zeatin) adalah sebagai berikut:
Sedangkan beberapa struktur sitokinin lain adalah:
Biosintesis
Sitokinin
Sitokinin diekstrak dari material
tanaman dengan alkohol 80%. Jaringan yang dibiakkan dan diekstrak berulang
dengan pelarut selama beberapa jam. Ekstrak kemudian disentrifugasi dan
dievaporasi dalam kondidi vakum dan residu keringnya dilarutkan di air. Ekstrak
kasarnya dapat digunakan langsung untuk memperkirakan sitokinin dengan salah
satu metode pengujian biologis. Kotoran yang masih tertinggal di ekstrak dapat
dipindahkan melalui kromatrografi dengan kertas Whatman ataupun kromatografi
lapis tipis. Hasil inilah yang kemudian dipakai untuk memperkirakan sitokinin.
Dapat pula dilakukan dengan kromatografi gas atau spektrometri masa (Krishnamoorthy,
1981).
Menurut Krishnamoorthy (1981),
sitokinin terbentuk di tanaman secara bebas atau sebagai komponen RNA duta
khusus untuk asam amino, serin, dan tirosin. Zeatin yang aslinya dari jagung
dapat pula diisolasi dari eksudat akar bunga matahari, daun begonia, dan
filtrate kultur jamur Rhizopogon roseus. Tanaman juga mengandung
ribosida zeatin. Contohnya:
·
Ribofuranosyl
zeatin pada endosperm kelapa
·
Dihydrozeatin
pada biji lupin kuning
·
Analog
zeatin yang kehilangan 1 gugus OH (N6-isoprentenyl adenine/IPA) pada tRNA ragi,
buncis, dan jagung.
·
Methylbutenylamino
dari pathogen Corybacterium fascians
·
Agrobacterium
tumefascians
·
Rhizobium
japonicum
·
tRNA E.
coli
Pada tumbuhan
tingkat tinggi pembentukan sitokinin sangat banyak. Umumnya pada embrio
endosperm dari perkembangan biji, meristem apeks, nodul akar, dan di beberapa
daerah yang menunjukkan keberadaan sitokinin. Keberadaannya berkurang pada
jaringan nenmeristematis yang sudah tua. Contoh keberadan sitokinin pada
beberapa spesies tanaman:
Spesies Tanaman
|
Bagian Tanaman
|
Apel
|
Buah
|
Gingko biloba
|
Gametofit betina
|
Buncis
|
Biji
|
Bunga matahari
|
Eksudet akar
|
Tembakau
|
Jaringan kambium dan tumor
|
Tomat
|
Sari buah
|
Secara
singkat biosintesis sitokinin dapat dijelaskan sebagai berikut:
Jaringan tumbuhan yang mengandung enzim
isopentenil AMP à diubah menjadi isopentenil adenosine 5 fosfat (isopentenyl AMP) à dihidrolisi
oleh enzim fosfatase menjadi isopentenil adenosine à melepaskan
gugus ribose menjadi isopentenil adenine (sitokinin) à mengelami
oksidadi menjadi zeatin (sitokinin) à mengalami reduksi NADPH menjadi dihidrozeatin
(sitokinin) (McGaw, 1995; Salisbury and Ross, 1992 dalam Author, Tanpa tahun).
Transport
Sitokinin
Secara sederhana sitokinin diangkut
melalui xylem ke bagian pucuk tanaman. Namun demikian, floem merupakan jalan
transport sitokinin yang lebih efektif
dibandingkan dengan xylem yang dipengaruhi oleh proses transpirasi.
(Balqis, 2002:12). Hal ini sesuai dengan pernyataan (Jameson dkk, 1987 dalam
Salisbury and Ross, 1992) bahwa, pengangkutan berbagai jenis sitokinin pasti terjadi
di dalam xylem. Namun, tabung tapis juga mengandung sitokinin. Hal ini dapat
dibuktikan dengan menggunakan daun dikotil yang dipetik. Ketika sehelai daun
dewasa dipetik dari tumbuhan spesies tertentu dan dijaga kelembabannya,
sitokinin bergerak ke pangkal tangkai daun dan tertimbun di situ. Pergerakan
ini mungkin terjadi melalui floem, bukan melalui xylem, karena transpirasi
sangat mendukung aliran xylem dari tangkai ke helai daun. Penimbunan sitokinin
di tangkai menunjukkan bahwa helai daun dewasa dapat memasok sitokinin ke daun
muda lainnya melalui floem, asalkan daun tersebut mampu mensintetis sitokinin
atau menerimanya.
Selain itu, menurut Krishnamoorthy
(1981), tidak seperti auksin dan giberelin, sitokinin ditranslokasikan sangat
buruk pada jaringan hidup dari tanaman, hal ini dapat ditunjukkan dengan
memberikan benzyl adenine 14C pada daun kacang. Bekas tetesan
pemberian sitokinin pada daun ini tidak terlihat berpindah, namun tetap
bertahan di tempat semula. Namun sitokinin terbawa secara pasif sepanjang jalur
transpirasi xylem menuju bagian aerial dari tubuh tumbuhan. Akibatnya jajaran
xylem pada beberapa tumbuhan menunjukkan konsentrasi tinggi untuk hormon ini.
Namun pada segmen akar, petiole dan hipokotil telah menunjukkan bahwa pemberian
kinetin bergerak pada floem dengan arah basipetal (ke kutub) perpindahan ini
tergantung pada keberadaan auksin. Yang kedua jumlah yang dipindahkan sangat
kecil yang tidak tampak mempengaruhi fisilogis secara signifikan.
Peran
Hormon Sitokinin
Menurut Davies (1995); Mauseth
(1991); Raven (1992); Salisbury and Ross, (1992) dalam Author (Tanpa tahun), beberapa
efek fisiologis dari hormon sitokinin dapat disajikan sebagai berikut {penjelasan
tiap poin diambil dari Balqis, (2002)}, namun pengaruhnya sangat bervariasi
tergantung pada tipe sitokinin dan spesies tanaman:
- Menstimulasi pembelahan sel. Penambagan sitokinin eksogen dapat memacu terjadinya pembelahan sel pada kultur jaringan tumbuhan bersama dengan kehadiran auksin. Peristiwa pembelahan sel terjadi secara endogen pada crown gall tumor. Kehadiran sitokinin dalam jaringan yang secara aktif melakukan pembelahan sel menunjukkan bahwa sitokinin secara alami melakukan fungsi untuk memacu terjadinya pembelahan sel.
- Menstimulasi morfogenesis (inisisasi pucuk/pembentukan tunas) pada kultur jaringan. Sitokinin akan merangsang pembentukan pucuk pada kultur jaringan tumbuhan dan kalus. Pada limut, sitokinin akan memacu pertumbuhan tunas.
- Menstimulasi pertumbuhan tunas lateral dan mengeluarkan dominansi apikal. Penggunaan sitokinin menyebabkan lepasnya suatu tunas lateral terhadap pengaruh dominansi apikal, sehinga tunas lateral tersebut dapat tumbuh menjadi suatu cabang baru.
- Menstimulasi perluasan permukaan daun yang dihasilkan dari pembelahan sel. Hal ini terjadi dalam hubungannya dengan pemanjangan dan perbesaran sel. Perluasan permukaan pada daun merupakan suatu mekanisme yang secara keseluruhan terkait dengan perluasan pertumbuhan akar, seperti juga pertumbuhan batang, hal ini akan mempengaruhi pertumbuhan akar.
- Mungkin mempengaruhi pembukaan stomata pada beberapa spesies. Hal ini diteliti pada beberapa jenis tumbuhan, ternyata sitokinin berperan dalam membuka dan menutupnya stomata.
- Mengawali perkembangan kloroplas. Pemberian sitokinin berperan penting terhadap pertambahan jumlah klorofil, dalam hal ini adalah dengan memacu etioplas untuk berubah menjadi kloroplas.
Sedangkan menurut
Salisbury dan Ross (1995), dijelaskan bahwa sitokinin berperan sebagai berikut:
- Memacu pembelahan sel dan pembentukan organ
Pada penelitian Skoog dan kawannya
dalam media kultur terlihat bahwa, jika sitokinin ditambahkan sitokenesis
terpacu sekali. Terbukti dengan terbentuknya massa sel yang tak
terspesialisasi, tak beraturan, dan poliploid yang disebut kalus.
- Menunda penuaan dan meningkatkan aktivitas wadah penampung hara.
Hal ini dapat
terlihat pada tanaman bunga matahari, kandungan sitokinin dalam cairan xilem
meningkat selama masa pertumbuhan-cepat, kemudian sangat menurun saat
pertumbuhan berhenti dan tanaman mulai berbunga. Hal tersebut menunjukkan bahwa
berkurangnya angkutan sitokinin dari akar ke tajuk mengakibatkan penuaan
terjadi lebih cepat.
- Memacu pertumbuhan kuncup samping tumbuhan dikotil
Jika sitokinin
diberikan pada kuncup samping yang tak tumbuh karena kalah oleh pertumbuhan
apeks tajuk yang terletak di atasnya, sering kuncup samping itu bisa tumbuh.
Pada beberapa penelitian, perbandingan sitokinin dan auksin berperan penting
untuk mengendalikan dominansi apikal; nisbah yang tinggi mendorong perkembangan
kuncup dan nisbah yang rendah mendukung dominansi.
- Memacu pembesaran sel pada kotiledon dan daun tumbuhan dikotil
Pada semua hasil
percobaan dengan menggunakan kotiledon biji tumbuhan dikotil menunjukkan bahwa,
sitokinin meningkatkan baik sitokinesis maupun pembesaran sel, tapi sitokinesis
tidak meningkatkan pertumbuhan organnya sendiri, sebab sitokinesis hanya
merupakan proses pembelahan saja. Sehingga, keseluruhan pertumbuhan membutuhkan
pemelaran sel dan pertumbuhan yang terpacu oleh sitokinin meliputi pemelaran
sel yang lebih cepat dan produksi sel yang lebih banyak.
- Memacu perkembangan kloroplas dan sintesis klorofil
Efek
pemberian sitokinin pada daun atau kotiledon yang teretiolasi selama beberapa
jam sebelum diberi cahaya akan menghasilkan 2 efek utama yaitu:
1.
Memacu
perkembangan etioplast menjadi kloroplast (khususnya dengan mendorong
pembentukan grana)
2.
Meningkatkan laju
pembentukan klorofil
Kedua efek tersebut muncul karena
sitokinin mendorong terbentuknya protein tempat klorofil menempel. Diduga
sitokinin endogen meningkatkan perkembangan kloroplas daun dengan cara yang sama.
Kemampuan sitokinin dalam mengaktifkan sintesis protein yang mengikat klorofil
a dan b berhubungan dengan mekanisme kerja sitokinin.
Mekanisme
Kerja/Biokimia Sitokinin
Mekanisme kerja sitokinin dalam jaringan yang berbeda
bergantung pada keadaan fisiologis. Keberadaan sitokinin sama dengan hormon yang lain yaitu terdapat dalam
konsentrasi rendah (0.01- 1 µM). Pembentukan RNA dan enzim diduga karena adanya
efek pemacuan oleh sitokinin. Sitokinin eksogen dapat meningkatkan pembelahan
sel pada sintesis DNA tapi efek khususnya belum dapat diketahui.
Pemacuan sitokinesis merupakan
salah satu respon sitokinin yang terpenting. Fosket dkk (1977) menyimpulkan
sitokinin mendorong pembelahan sel dalam biakan jaringan dengan cara
meningkatkan peralihan dari G2 (fase istirahat) ke mitosis. Hal tersebut
terjadi karena sitokinin menaikkan laju sintesis protein yang dibutuhkan untuk
mitosis. Sintesis protein dapat ditingkatkan dengan cara memacu pembentukan RNA
kurir (RNA yang mengkode sintesis protein tertentu).
Kajian terhadap pembelahan sel
yang diaktifkan oleh sitokinin di meristem apikal diperoleh bukti bahwa
benziladenin dapat mempersingkat laju berlangsungnya fase S dalam daur sel
(dari G2 ke mitosis) dan bahwa hal tersebut terjadi
karena sitokinin menaikkan laju sintesis protein (Krishnamoorthy, 1981).
Beberapa protein itu berupa protein pembangun atau enzim yang dibutuhkan untuk
mitosis. Diduga protein tersebut memacu pembelahan sel secara langsung
dengan cara mengendalikan sintesis DNA.
THANK YOU
ReplyDelete